Senin, 21 Mei 2012

Jan 21, '09 4:17 AM
untuk semuanya
        Jauh-jauh hari sebelum Amerika Serikat tampil sebagai negara superpower, leluhur mereka sudah memperingatkan bahaya Yahudi terhadap bangsa dan negara tersebut. Pada 1789 M, Presiden Benyamin Franklin (1706-1790) berpidato ketika membuat undang-undang negara Amerika Serikat. Ia dengan tegas menyatakan:
Di sana terdapat bahaya sangat besar yang mengancam negara-negara bagian di Amerika Serikat, yaitu bahaya Yahudi. Saudara-saudara! Mereka selalu melenyapkan nilai-nilai moral dan merusak jaminan perdagangan di setiap bumi yang diduduki Yahudi. Mereka selalu memisahkan diri (eksklusif) dengan bangsa lain. Karena ulah mereka, maka kezaliman dan penindasan dalam bekerja yang menimpa masyarakat (bangsa-bangsa), terutama yang berkaitan dengan soal materi dan harta muncul di mana-mana, seperti apa yang terjadi sekarang di Portugal dan Spanyol.
Sejak lebih dari 1700 tahun, mereka (orang-orang Yahudi) meratapi nasibnya yang malang. Yang mereka maksudkan ialah keterusiran mereka dari negeri-negeri bapak moyang mereka. Namun, saudara-saudara, jika negara Palestina itu diberikan kepada mereka sekarang ini, maka mereka tak akan pernah tinggal diam untuk mencari langkah-langkah yang akan menyebabkan mereka tidak dapat kembali kepadanya. Mengapa? Karena mereka adalah parasit-parasit yang tidak bisa hidup sebagian mereka atas sebagian yang lain. Mereka mesti hidup di tengah-tengah umat Masehi (Nasrani) dan bangsa-bangsa lainnya yang tidak digolongkan kepada etnik mereka.
Jika mereka tidak disingkirkan dari Amerika Serikat (dengan teks undang-undangnya), maka pada perjalanan 100 tahun arus mereka akan terus menderas di Amerika Serikat sampai menguasai dan menghancurkan bangsa kita serta mengubah bentuk hukum yang telah kita pertahankan dengan pengorbanan darah dan kemerdekaan kita.
Barangkali apabila mereka dibiarkan hidup bebas di Amerika, tidak sampai 200 tahun nasib anak cucu kita akan menjadi buruh yang bekerja di ladang-ladang milik Yahudi dan terus menerus memberi makan bangsa Yahudi, sementara orang-orang Yahudi itu ongkang-ongkang kaki di lumbung-lumbung hartanya dengan penuh kegirangan.
Wahai saudara-saudara! Sesungguhnya saya peringatkan, jika kalian tidak menyingkirkan bangsa Yahudi sampai habis tak tersisa, maka niscaya anak cucuan.mu akan mengutukmu di kuburmu. Sesungguhnya Yahudi tidak akan pernah menghormati nilai-nilai luhur kita, kendati  mereka hidup di tengah-tengah kita sampai 10 generasi. Karena “seekor serigala” tidak akan pernah dapat mengganti kulitnya yang belang.!. Jika mereka diperbolehkan masuk, mereka akan menguasai lembaga-lembaga dan perusahaan-perusahaan kita. Karena itu, mereka harus disingkirkan dengan teks undang-undang.[1]  Kekhawatiran Benyamin Franklin hari ini menjadi kenyataan. Amerika Serikat kini menjadi negara yang dikendalikan Yahudi dan yang setia melindungi segala kepentingan Israel. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang pengaruhnya sedemikian kuat di AS selain Israel. Padahal, menurut buku The New Jerusalem karya Michael Collins Piper, jumlah orang Yahudi di AS hanya 3% dari total penduduk. Akan tetapi, seperempat dari orang-orang kaya di AS terdiri dari orang-orang Yahudi. Mereka memiliki lobi yang sangat kuat di AS. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua lembaga pemerintah AS sesungguhnya dikuasai oleh Israel sehingga seorang Ariel Sharon pernah berkata, “Jangan takut, Amerika berada dalam kendali kita!”
        Sekurangnya ada dua organisasi Yahudi di AS yang sangat menentukan sikap luar negeri AS, yakni JINSA (Jewish Institute for National Security Affairs) dan CSP (Center for Security Policy), keduanya memiliki hubungan amat erat dengan CPD (Committee on the Present Danger), sebuah wadah tempat berkumpulnya para Hawkish Gedung Putih dan Pentagon seperti Paul Wolfowitz, Dick Cheney, Karl Rove, Richard Perle, dan sebagainya. Di bawahnya ada AIPAC (American Israel Public Affairs Committee). Organisasi-organisasi Zionis ini memiliki tiga agenda besar yang harus dilakukan setiap pemerintahan di AS yakni: selalu mendukung Israel dalam segala hal, selalu menambah anggaran militer, dan selalu menentang traktat kontrol senjata yang bisa merugikan AS dan Israel.
        Organisasi-organisasi lobi Yahudi ini pula yang mengontrol setiap tindakan seorang Presiden AS, apakah menguntungkan Israel atau dianggap merugikan. Seorang presiden AS yang ingin kekuasaannya aman, maka dia harus menjalankan agenda Israel. Jika tidak maka jangan harap dalam pemilu ke depan dia akan terpilih kembali atau yang paling apes adalah seperti yang dialami Abraham Lincoln dan John F. Kennedy: Dibunuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar